Oleh: Dr. Fokky Fuad Wasitaatmadja 

Musik adalah bentuk dari kondisi manusia yang menginginkan Tuhan. Dia tidak hanya membahas tentang ruang kecantikan, tetapi juga membahas tentang ruang spiritualitas terdalam bagi manusia.

Relasi Ketuhanan, menyimpan misteri terdalam. Begitu sulit menterjemahkan sebuah rasa kecintaan atas objek Tuhan melalui rangkaian huruf, kata, dan kalimat. Dia ada dan diterima baik oleh logis maupun hati dan intuisi.

Musik yang ada di tempat indah syair menjadi tempat yang ada metode menerima Tuhan dan Sang Nabi Saw. Musik adalah cinta yang dihadirkan dalam keagungan Tuhan, selama itu menawarkan kualitas esensi kecintaan terhadap Tuhan dan manusia.

Musik mampu menjelaskan apa yang tak mampu diselesaikan dengan huruf, kata, dan kalimat. Ia menjelaskan kondisi relasi batin manusia dengan Tuhannya dan segenap objek yang Dia ciptakan. Komponen mekanika akal yang memproduksi logika seakan terhenti, tak mampu bekerja lagi untuk menghadirkan suasana batiniyah dan cinta yang mendalam terhadapNya. 

Manusia bukan sekutu ruang ide, yang berwujud tubuh dari daging dan tulang. Ia juga mengumpulkan koleksi nilai kalbu. Ketuhanan yang dikumpulkan. Maka musik dan syair menjadi sarana kekuatan untuk menunjukkan entitas Ketuhanan dalam relung jiwa manusia terdalam.

Begitu besar kecintaan sahabat Anshar atas kedatangan Sang Nabi Saw yang berhijrah dari Makkah ke Madinah, maka mereka menyambutnya dengan syair dan musik. Musik dan syair yang menghadirkan ruang kecintaan atas tibanya Cahaya Sang Pembawa Pesan ini merupakan epistemologi dari daya gerak rasa kecintaan kepada Sang Nabi. Ia mampu melampaui kata dan kalimat yang sulit dilewati rasa cinta. 

Kitab suci pun menjelaskan tentang penghargaan Tuhan terhadap syair dan musik melalui Surah as-Syuara yang mengundang Sang Penyair. Para penyair dengan umpan-umpan syairnya menujukkan keyakinan yang kepada Tuhannya, serta melakukan beragam kebajikan kepada sesama manusia [Qs. (26): 227].

Syair musik merupakan epistemologi keindahan yang menghubungkan manusia dengan Tuhan. Kitab Suci Qur'an bukan sekumpulan ayat hukum, tetapi juga kumpulan ayat Tuhan yang dihadirkan melalui nilai kesusastraan yang tinggi. 

Kitab suci hadir di tengah kumpulan manusia yang memiliki citarasa tinggi terhadap nilai kesusastraan. Masyarakat Arab yang bodoh (Jahal) dalam keimanan tetapi cerdas dalam keindahan sastra. Alquran hadir dalam bahasa keindahan yang mampu meluluhkan hati Umar ibn Khattab yang keras. Keindahan narasi Kitab Suci ini menunjukkan Tuhan itu Maha Indah dan memuji keindahan. Disinilah Kitab Suci Qur'an hadir antropologis memenuhi kebutuhan masyarakat berkarakter sastra.

Beberapa ulama menggunakan sarana susastra dan musik untuk menyampaikan keindahan pesan Tuhan. Mulai Jalaludin Rumi di Turki, hingga Wali Songo di Nusantara musik dan susastra menjadi keindahan dalam pesan-pesan Tuhan untuk umat manusia.

Ramadhan 1441 H.

musik-dan-relasi-ruhani-051018900-1589507450.jpeg
* Penulis adalah Dosen Magister Hukum Universitas Al Azhar Indonesia. Dosen tidak tetap pada Program Magister Hukum Universitas Esa Unggul & Program Magister Pendidikan Kewarganegaraan STKIP Arrahmaniyah

WhatsApp

Safety and Abuse Reporting

Thanks for being awesome!

We appreciate you contacting us. Our support will get back in touch with you soon!

Have a great day!

Are you sure you want to report abuse against this website?

Please note that your query will be processed only if we find it relevant. Rest all requests will be ignored. If you need help with the website, please login to your dashboard and connect to support